Setiap
hubungan memang berbeda. Setiap hubungan pasti akan mengalami masa-masa
sulit. Kemampuan melewati masa sulit bersama bisa membuat hubungan
lebih kuat lagi. Namun, ada tanda-tanda universal yang menunjukkan bahwa
sebuah hubungan sudah menjelang perpisahan. Apa saja tanda-tanda itu?
Waktu terbatas
Faktor waktu. Bryce Kayce, Ph.D, penulisMarriage First Aid Kit mengatakan,
"Waktu akan berhitung mundur dimulai sejak salah satu dari pasangan itu
mengutarakan bahwa ada yang salah pada hubungan tersebut. Semakin lama
didiamkan dan tidak ada upaya untuk mengatasi masalah itu, makin kecil
pula kemungkinan hubungan tersebut terus berjalan."
Sudah "putus" sebelum putus
Pasangan
yang hubungannya sudah tak lagi harmonis, bahkan sebelum ada kata
"putus" atau cerai, umumnya sudah mulai merasa tak adanya lagi hubungan
antara satu sama lain. Elayne Savage, Ph.D, penulis Breathing Room: Creating Space to Be a Couple,
"Jika Anda dan dia sudah tak lagi menghabiskan waktu bersama, dan sudah
mulai terasa lega ketika Anda dan dia tak sedang bersama, merupakan
tanda-tanda bahwa Anda dan dia sudah mulai 'putus' dari hubungan itu."
Masalah utama tak terselesaikan
Alisa Bowman, penulis Project: Happily Ever After
mengatakan, jika salah satu pasangan mengangkat sebuah masalah, meminta
bantuan, dan menyatakan dengan jelas bahwa hubungan tersebut tak akan
jalan langgeng jika masalah itu tak diselesaikan dengan komitmen kedua
pihak, tetapi yang diminta tak mau ikut terlibat, sudah jelas hubungan
itu sedang dalam masalah serius.
Salah satu pasangan tak mau mencoba
Hubungan
itu kan menyangkut dua pihak. Satu pihak saja tak mungkin melakukan
segalanya. Anda tak bisa memaksakan hubungan yang tidak saling sokong
dan membangun. Anda tak mungkin diam dan menunggu saja sementara yang
satu berusaha sekuat tenaga. "Contoh yang paling mudah diukur; jika
dalam setahun tidak ada perkembangan dalam hubungan, sebaiknya diakhiri
saja," saran Bowman. Toh, dengan begitu, Anda dan dia bisa menemukan
kebahagiaan dalam diri orang lain.
Tak ada rasa hormat
Salah satu aspek penting dalam pernikahan adalah adanya rasa hormat dari kedua pihak. Saat hal itu
terhilang,
saat salah satu partner secara konsisten merasa tak dianggap, ditolak,
dan dikecilkan, maka hubungan tersebut bukanlah tempat yang sehat.
Hubungan pria dan wanita yang berada pada titik itu sudah sangat tidak
menyehatkan.
Tidak berada dalam tim yang sama
Dalam
sebuah pernikahan, suami dan istri seharusnya berada dalam "perahu"
yang sama. Artinya, berada dalam tim yang sama dalam segala hal, mulai
dari merawat anak, saling mendukung karier, serta ambisi pribadi
masing-masing. "Jika Anda berdua mulai bergerak dalam orbit yang
berbeda, atau Anda dan dia tidak bekerja bersama untuk menyelesaikan isu
harian, maka sudah bisa dibilang, hal itu menjadi tanda-tanda
perpisahan yang serius," jelas Savage.
Tidak ada lagi kompromi
Salah
satu bagian terbesar dalam sebuah hubungan, khususnya pernikahan,
adalah untuk mendahulukan kepentingan dan kebutuhan dari pasangan sambil
memastikan kebutuhan pribadi kita pun terpenuhi. Ini merupakan komitmen
yang cukup besar dan lama, sebuah proses memberi dan menerima, dan
butuh komunikasi konstan. Namun, jika pasangan Anda secara terus menerus
menolak untuk memenuhi kebutuhan Anda dan menolak membagi kebutuhannya,
maka hubungan itu berada dalam masalah.
Salah satu pasangan adalah tukang selingkuh
Ada
tipe perselingkuhan yang bisa diperbaiki dan dilewati oleh pasangan,
setelah melewati proses permintaan maaf, penyesalan, dan janji untuk
berhenti, serta melewati perbaikan dengan konseling. Namun, ada pula
tipe orang yang merupakan peselingkuh kambuhan, nah, yang semacam inilah
yang akan sulit dihadapi, dan bisa mengakhiri pernikahan Anda.
Si peselingkuh menyalahi si pasangan
"Beberapa
orang, dan kebanyakan adalah pria, bukan tipe yang cocok dalam sebuah
pernikahan. Tipe-tipe seperti ini sepertinya merasa kesulitan untuk
setia, meski mereka terlihat ingin menikah," jelas Bowman. Yang
parahnya, mereka selalu bisa menyalahkan pasangannya atas perselingkuhan
yang ia lakukan. Alasannya, karena si pasangan terlalu pencemburu atau
tukang kontrol.
Salah satu tak setuju untuk tak punya anak
Jika kedua pasangan dalam pernikahan setuju untuk tidak memiliki keturunan, maka hubungan itu
bisa
dijalankan. Namun, ketika salah satu berketetapan untuk tidak memiliki
anak, sementara yang lainnya justru sangat suka dan ingin punya anak,
wah, hubungannya agak sulit dipertahankan.
Tidak berkomunikasi
Tidak
ada masalah dalam sebuah hubungan yang bisa diatasi tanpa komunikasi
terbuka dan jujur. Jika Anda mencapai sebuah titik bahwa berkomunikasi
atau bertukar pikiran dengan pasangan adalah sebuah pekerjaan yang
menyebalkan, atau ketika yang diobrolkan hanya masalah yang enteng,
seperti "Mau makan di mana malam ini atau giliran siapa yang buang
sampah," maka hubungan itu sudah berada di ujung tanduk. "Kekurangan
perbincangan intim dan personal adalah tanda-tanda yang buruk, apalagi
jika berhubungan dengan komunikasi antarpasangan," jelas Savage.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar